Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat. Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,"Saya tidak percaya Tuhan itu ada".
"Kenapa kamu berkata begitu ???" timpal si konsumen. "Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan.... untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada. Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar?? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi." Kata Tukang Cukur.
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat. Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar mlungker-mlungker-istilah jawa-nya", kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, "Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR". Si tukang cukur tidak terima," Kamu kok bisa bilang begitu ??". "Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!"
"Tidak!" elak si konsumen. "Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana", si konsumen menambahkan. "Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!", sanggah si tukang cukur. " Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya", jawab si tukang cukur membela diri.
"Cocok!"-kata si konsumen menyetujui."Itulah point utama-nya!. Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !, Tapi apa yang terjadi... orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini."
Si tukang cukur terbengong !!!!
Sumber: email dari Hakim Desyanto
http://briliano.multiply.com/
Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan
Senin, 12 Januari 2009
Berbagi cinta
Bila ada ajakan untuk berbagi, apa yang ada di pikiran anda? Berbagi dana, pakaian layak pakai, sembako, susu, makanan atau bentuk material lainnya. Jawaban itu boleh jadi karena pengaruh ide materilistik yang telah mengglobal. Mengukur segala sesuatunya dengan ukuran yang bersifat material dan kasat mata. Pengalaman nyata dari ayah angkat saya mungkin bisa menjadi pelajaran bahwa berbagi tidaklah mesti berbentuk material.
Setiap tahun, ayah angkat saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan. Kunjungan pertama adalah survey untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan seorang bocah bernama Nina.
"Nina, apa yang anakku mau sayang"
begitu ayah saya membuka percakapan.
"Nina mau baju baru?, sepatu
baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah saya.
"Nggak ah... ntar om marah" jawab Nina.
"nggak sayang, om tidak akan marah" ayah saya menimpali.
"Nggak ah... ntar om marah" Nina mengulang jawabannya.
Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi. Maka dia dekati lagi Nina sambil berkata, "ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang" "Tapi janji ya om tidak marah" jawab Nina manja. "Om janji tidak akan marah sayang" tegas ayah saya. "Bener om tidak akan marah" sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina. "Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah' pikir ayah saya. Sambil tersenyum orang tua saya mengatakan "ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak."
Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata; "bener ya om tidak marah." Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya "om, boleh nggak saya memanggil ayah" Mendengar jawaban itu, tak kuasa ayah saya membendung air matanya. Segera dia peluk Nina dan mengatakan "tentu anakku..tentu anakku...mulai hari ini Nina boleh memanggil ayah, bukan om" Sambil memeluk erat ayah saya, dengan terisak Nina berkata "terima kasih ayah... terima kasih ayah...
Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah saya. Dia habiskan waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada Nina maka sebelum pulang, ayah saya berkata kepada Nina "anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari bersama ibu, apa yang kamu minta nak?" "Khan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil ayah" sergah Nina. "Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, otoped atau yang lain, pasti akan ayah kasih." Sambil memegang tangan ayah saya, Nina memohon "nanti kalau ayah datang sama ibu ke sini, saya minta ayah bawa foto bareng ayah, ibu dan kakak-kakak, boleh khan ayah?"
Tiba-tiba kaki orang tua saya lunglai, dia terduduk, bersimpuh di depan Nina. Dia peluk lagi Nina sambil bertanya; "buat apa foto itu nak?" Tanpa ragu Nina menjawab "Nina ingin tunjukkan sama temen-temen Nina di sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-kakak Nina." Ayah saya memeluk Nina semakin erat, seolah ia tak mau berpisah dengan seorang bocah yang menjadi guru kehidupan di hari itu.Setiap tahun, ayah angkat saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan. Kunjungan pertama adalah survey untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, ayah angkat saya bertemu dengan seorang bocah bernama Nina.
"Nina, apa yang anakku mau sayang"
begitu ayah saya membuka percakapan.
"Nina mau baju baru?, sepatu
baru?, tas baru? Atau apa nak? tambah ayah saya.
"Nggak ah... ntar om marah" jawab Nina.
"nggak sayang, om tidak akan marah" ayah saya menimpali.
"Nggak ah... ntar om marah" Nina mengulang jawabannya.
Ayah saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan orang tua saya semakin menjadi. Maka dia dekati lagi Nina sambil berkata, "ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang" "Tapi janji ya om tidak marah" jawab Nina manja. "Om janji tidak akan marah sayang" tegas ayah saya. "Bener om tidak akan marah" sahut Nina agak ragu. Ayah saya menganggukkan kepala pertanda bahwa ia setuju untuk tidak marah Nina menatap tajam wajah ayah saya. Sementara ayah saya berpikir, apa gerangan yang diminta oleh Nina. "Seberapa mahal sich yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah' pikir ayah saya. Sambil tersenyum orang tua saya mengatakan "ayo nak, katakan, jangan takut, om tidak akan marah nak."
Dengan terus menatap wajah ayah saya, Nina berkata; "bener ya om tidak marah." Sekali lagi ayah saya mengganggukan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya "om, boleh nggak saya memanggil ayah" Mendengar jawaban itu, tak kuasa ayah saya membendung air matanya. Segera dia peluk Nina dan mengatakan "tentu anakku..tentu anakku...mulai hari ini Nina boleh memanggil ayah, bukan om" Sambil memeluk erat ayah saya, dengan terisak Nina berkata "terima kasih ayah... terima kasih ayah...
Hari itu, adalah hari yang tak akan terlupakan buat ayah saya. Dia habiskan waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena merasa belum memberikan sesuatu yang berbentuk material kepada Nina maka sebelum pulang, ayah saya berkata kepada Nina "anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari bersama ibu, apa yang kamu minta nak?" "Khan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil ayah" sergah Nina. "Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, otoped atau yang lain, pasti akan ayah kasih." Sambil memegang tangan ayah saya, Nina memohon "nanti kalau ayah datang sama ibu ke sini, saya minta ayah bawa foto bareng ayah, ibu dan kakak-kakak, boleh khan ayah?"
Terima kasih Nina, walau usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada kami tentang makna berbagi cinta. Berbagilah cinta, karena itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata. Berbagilah cinta, maka kehidupan anda akan lebih bermakna. Berbagilah cinta agar orang lain merasakan keberadaan anda di dunia.
Sumber: Berbagi Cinta oleh Jamil Azzaini. Jamil Azzaini adalah Inspirator Sukses-Mulia dan penulis buku Best Seller Kubik Leadership; Solusi Esensial Meraih Sukses dan Kemuliaan Hidup
http://briliano.multiply.com/
disini jual ikan
Seseorang mulai berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan" Disini Jual Ikan Segar". Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.
"Mengapa kau tuliskan kata: DISINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?"
"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan
tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".
Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan
tulisannya. "Mengapa kau pakai kata SEGAR? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?
"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan
tinggallah tulisan "JUAL IKAN".
Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan
tulisannya: "Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?
Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan "IKAN".
Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya: "Mengapa kau tulis kata IKAN? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Daging?
"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.
Renungan: Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Jadilah diri sendiri.
http://briliano.multiply.com/
"Mengapa kau tuliskan kata: DISINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?"
"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "DISINI" dan
tinggallah tulisan "JUAL IKAN SEGAR".
Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan
tulisannya. "Mengapa kau pakai kata SEGAR? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?
"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata "SEGAR" dan
tinggallah tulisan "JUAL IKAN".
Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan
tulisannya: "Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?
Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan "IKAN".
Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya: "Mengapa kau tulis kata IKAN? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Daging?
"Benar juga" pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu.
Renungan: Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Jadilah diri sendiri.
http://briliano.multiply.com/
Hadiah wisuda
Di sebuah keluarga, tinggallah seorang ayah dengan putra tunggalnya
yang sebentar lagi lulus dari perguruan tinggi. Sang ibu beberapa
tahun yang lalu telah meninggal dunia. Mereka berdua memiliki
kesamaan minat yakni mengikuti perkembangan produk otomotif.
Suatu hari, saat pameran otomotif berlangsung, mereka berdua pun ke
sana. Melihat sambil berandai-andai. Seandainya tabungan si ayah
mencukupi, kira-kira mobil apa yang sesuai budget yang akan di beli.
Sambil bersenda gurau, sepertinya sungguh-sungguh akan membeli mobil
impian mereka.
Menjelang hari wisuda, diam-diam si anak menyimpan harapan dalam
hati, "Mudah-mudahan ayah membelikan aku mobil, sebagai hadiah
kelulusanku. Setelah lulus, aku pasti akan memasuki dunia kerja. Dan
alangkah hebatnya bila saat mulai bekerja nanti aku bisa berkendara
ke kantor dengan mobil baru," harapnya dengan senang. Membayangkan
dirinya memakai baju rapi berdasi, mengendarai mobil ke kantor.
Saat hari wisuda tiba, ayahnya memberi hadiah bingkisan yang segera
dibukanya dengan harap-harap cemas. Ternyata isinya adalah sebuah
kitab suci di bingkai kotak kayu berukir indah. Walaupun mengucap
terima kasih tetapi hatinya sungguh kecewa. "Bukannya aku tidak
menghargai hadiah dari ayah, tetapi alangkah senangnya bila isi
kotak itu adalah kunci mobil," ucapnya dalam hati sambil menaruh
kitab suci kembali ke kotaknya.
Waktu berlalu dengan cepat, si anak diterima kerja di kota besar. Si
ayah pun sendiri dalam kesepian. Karena usia tua dan sakit-sakitan,
tak lama si ayah meninggal dunia tanpa sempat meninggalkan pesan
kepada putranya.
Setelah masa berkabung selesai, saat sedang membereskan barang-
barang, mata si anak terpaku melihat kotak kayu hadiah wisudanya
yang tergeletak berdebu di pojok lemari. Dia teringat itu hadiah
ayahnya saat wisuda yang diabaikannya. Perlahan dibersihkannya kotak
penutup, dan untuk pertama kalinya kitab suci hadiah pemberian si
ayah dibacanya.
Saat membaca, tiba-tiba sehelai kertas terjatuh dari selipan kitab
suci. Alangkah terkejutnya dia. Ternyata isinya selembar cek dengan
nominal sebesar harga mobil yang diinginkan dan tertera tanggalnya
persis pada hari wisudanya.
Sambil berlinang airmata, dia pun tersadar. Terjawab sudah, kenapa
mobil kesayangan ayahnya dijual. Ternyata untuk menggenapi harga
mobil yang hendak dihadiahkan kepadanya di hari wisuda. Segera ia
pun bersimpuh dengan memanjatkan doa, "Ayah maafkan anakmu yang
tidak menghargai hadiahmu …. Walau terlambat, hadiah Ayah telah
kuterima…… Terima kasih Ayah.. Semoga Ayah berbahagia di sisiNYA,
amin".
Tidak jarang para orang tua memberi perhatian dengan alasan dan
caranya masing-masing. Tetapi dalam kenyataan hidup, karena kemudaan
usia anak dan emosi yang belum dewasa, seringkali terjadi
kesalahfahaman pada anak dalam menerjemahkan perhatian orang tua.
Jangan cepat menghakimi sekiranya harapan tidak sesuai dengan
kenyataan. Sebaliknya tidak menjadikan kita manja hingga selalu
menuntut permintaan.
Mari belajar menjadi anak yang pandai menghargai setiap perhatian
orang tua.[aw]
Sumber: Selembar Cek oleh Andrie Wongso
http://briliano.multiply.com/
yang sebentar lagi lulus dari perguruan tinggi. Sang ibu beberapa
tahun yang lalu telah meninggal dunia. Mereka berdua memiliki
kesamaan minat yakni mengikuti perkembangan produk otomotif.
Suatu hari, saat pameran otomotif berlangsung, mereka berdua pun ke
sana. Melihat sambil berandai-andai. Seandainya tabungan si ayah
mencukupi, kira-kira mobil apa yang sesuai budget yang akan di beli.
Sambil bersenda gurau, sepertinya sungguh-sungguh akan membeli mobil
impian mereka.
Menjelang hari wisuda, diam-diam si anak menyimpan harapan dalam
hati, "Mudah-mudahan ayah membelikan aku mobil, sebagai hadiah
kelulusanku. Setelah lulus, aku pasti akan memasuki dunia kerja. Dan
alangkah hebatnya bila saat mulai bekerja nanti aku bisa berkendara
ke kantor dengan mobil baru," harapnya dengan senang. Membayangkan
dirinya memakai baju rapi berdasi, mengendarai mobil ke kantor.
Saat hari wisuda tiba, ayahnya memberi hadiah bingkisan yang segera
dibukanya dengan harap-harap cemas. Ternyata isinya adalah sebuah
kitab suci di bingkai kotak kayu berukir indah. Walaupun mengucap
terima kasih tetapi hatinya sungguh kecewa. "Bukannya aku tidak
menghargai hadiah dari ayah, tetapi alangkah senangnya bila isi
kotak itu adalah kunci mobil," ucapnya dalam hati sambil menaruh
kitab suci kembali ke kotaknya.
Waktu berlalu dengan cepat, si anak diterima kerja di kota besar. Si
ayah pun sendiri dalam kesepian. Karena usia tua dan sakit-sakitan,
tak lama si ayah meninggal dunia tanpa sempat meninggalkan pesan
kepada putranya.
Setelah masa berkabung selesai, saat sedang membereskan barang-
barang, mata si anak terpaku melihat kotak kayu hadiah wisudanya
yang tergeletak berdebu di pojok lemari. Dia teringat itu hadiah
ayahnya saat wisuda yang diabaikannya. Perlahan dibersihkannya kotak
penutup, dan untuk pertama kalinya kitab suci hadiah pemberian si
ayah dibacanya.
Saat membaca, tiba-tiba sehelai kertas terjatuh dari selipan kitab
suci. Alangkah terkejutnya dia. Ternyata isinya selembar cek dengan
nominal sebesar harga mobil yang diinginkan dan tertera tanggalnya
persis pada hari wisudanya.
Sambil berlinang airmata, dia pun tersadar. Terjawab sudah, kenapa
mobil kesayangan ayahnya dijual. Ternyata untuk menggenapi harga
mobil yang hendak dihadiahkan kepadanya di hari wisuda. Segera ia
pun bersimpuh dengan memanjatkan doa, "Ayah maafkan anakmu yang
tidak menghargai hadiahmu …. Walau terlambat, hadiah Ayah telah
kuterima…… Terima kasih Ayah.. Semoga Ayah berbahagia di sisiNYA,
amin".
Tidak jarang para orang tua memberi perhatian dengan alasan dan
caranya masing-masing. Tetapi dalam kenyataan hidup, karena kemudaan
usia anak dan emosi yang belum dewasa, seringkali terjadi
kesalahfahaman pada anak dalam menerjemahkan perhatian orang tua.
Jangan cepat menghakimi sekiranya harapan tidak sesuai dengan
kenyataan. Sebaliknya tidak menjadikan kita manja hingga selalu
menuntut permintaan.
Mari belajar menjadi anak yang pandai menghargai setiap perhatian
orang tua.[aw]
Sumber: Selembar Cek oleh Andrie Wongso
http://briliano.multiply.com/
Minggu, 11 Januari 2009
tempat bersembunyi
Suatu hari Tuhan merasa lelah dengan manusia. Mereka selalu mengganggu-Nya dengan meminta banyak hal. Karena itu, Dia bersabda, "Aku akan pergi bersembunyi sebentar." Lalu dikumpulkannya seluruh penasihat-Nya dan Ia pun bertanya kepada mereka, "Ke mana sebaiknya Aku bersembunyi? Dimana tempat yang terbaik untuk bersembunyi?"
Banyak dari penasihat itu berkata, "Sembunyi saja di puncak gunung yang tertinggi di muka bumi."
Yang lain menganjurkan, "Jangan. Sembunyi saja didasar laut. Manusia tidak akan pernah menemukan-Mu disana."
Yang lain lagi berkata, "Sembunyi saja di balik bulan; itu tempat yang paling bagus. Bagaimana mereka akan mencari-Mu disana?"
Kemudian Tuhan berpaling kepada malaikat-Nya yang paling pintar dan bertanyalah Dia, " Menurutmu sebaiknya Aku bersembunyi di mana?"
Malaikat pintar itu tersenyum, katanya, "Pergi dan bersembunyilah di dalam hati manusia. Itulah satu-satunya tempat yang tidak pernah mereka kunjungi!"
http://briliano.multiply.com/
Banyak dari penasihat itu berkata, "Sembunyi saja di puncak gunung yang tertinggi di muka bumi."
Yang lain menganjurkan, "Jangan. Sembunyi saja didasar laut. Manusia tidak akan pernah menemukan-Mu disana."
Yang lain lagi berkata, "Sembunyi saja di balik bulan; itu tempat yang paling bagus. Bagaimana mereka akan mencari-Mu disana?"
Kemudian Tuhan berpaling kepada malaikat-Nya yang paling pintar dan bertanyalah Dia, " Menurutmu sebaiknya Aku bersembunyi di mana?"
Malaikat pintar itu tersenyum, katanya, "Pergi dan bersembunyilah di dalam hati manusia. Itulah satu-satunya tempat yang tidak pernah mereka kunjungi!"
http://briliano.multiply.com/
koin dan kerikil
Dua orang tukang bertugas membangun gedung bertingkat, satu berada di bawah dan satu lagi berada di atas. tukang di bawah sibuk dengan pekerjaannya sendiri, sehingga dia lupa bahwa temannya ada di atasnya.
berkali kali kawannya yang di atas memanggilnya, namun suara bising pekerjaan bangunan membuatnya tak mendengar panggilan itu.
lalu tukang yang di atas menjatuhkan uang koin dan jatuh di dekat kaki kawannya. ia melihat koin itu, ia segera mengambilnya dan memasukkannya ke kantong, dan ia senang sekali menemukan uang. "ini keberuntunganku" pikirnya. ia tidak menyadari uang itu milik kawannya yang berada di atas.
Karena tidak menoleh juga, akhirnya tukang yang di atas, menjatuhkan kerikil di atas kepala kawannya.
"ADUH!!" segera ia menoleh ke atas dan marah-marah..
"Kenapa engkau tega menjatuhkan batu di kepalaku?" gerutunya..
Jawab tukang yang di atas "Aku memanggilmu, tapi engkau tidak mendengar. aku menjatuhkan koin, namun kamu tidak menoleh juga, malah menyimpannya seakan itu milikmu. aku menjatuhkan batu supaya engkau sadar masih ada aku di atas"
Tuhan sering memanggil kita dengan "koin" supaya kita ingat padaNya, namun kita seringkali lupa dan menganggap itu adalah hasil kehebatan kita. Maka adakalanya Dia melempar kita dengan "kerikil" supaya kita kembali menengadah.
http://briliano.multiply.com/
berkali kali kawannya yang di atas memanggilnya, namun suara bising pekerjaan bangunan membuatnya tak mendengar panggilan itu.
lalu tukang yang di atas menjatuhkan uang koin dan jatuh di dekat kaki kawannya. ia melihat koin itu, ia segera mengambilnya dan memasukkannya ke kantong, dan ia senang sekali menemukan uang. "ini keberuntunganku" pikirnya. ia tidak menyadari uang itu milik kawannya yang berada di atas.
Karena tidak menoleh juga, akhirnya tukang yang di atas, menjatuhkan kerikil di atas kepala kawannya.
"ADUH!!" segera ia menoleh ke atas dan marah-marah..
"Kenapa engkau tega menjatuhkan batu di kepalaku?" gerutunya..
Jawab tukang yang di atas "Aku memanggilmu, tapi engkau tidak mendengar. aku menjatuhkan koin, namun kamu tidak menoleh juga, malah menyimpannya seakan itu milikmu. aku menjatuhkan batu supaya engkau sadar masih ada aku di atas"
Tuhan sering memanggil kita dengan "koin" supaya kita ingat padaNya, namun kita seringkali lupa dan menganggap itu adalah hasil kehebatan kita. Maka adakalanya Dia melempar kita dengan "kerikil" supaya kita kembali menengadah.
http://briliano.multiply.com/
pengembara yg hebat
pengembara yg hebat
Ada seorang pengembara yang sangat ingin melihat pemandangan yang ada di balik suatu gunung yang amat tinggi. Maka disiapkanlah segala peralatannya dan berangkatlah ia. Karena begitu beratnya medan yang harus dia tempuh, segala perbekalan dan perlengkapannya pun habis. Akan tetapi, karena begitu besar keinginannya untuk melihat pemandangan yang ada di balik gunung itu, ia terus melanjutkan perjalannya.
Sampai suatu ketika, ia menjumpai semak belukar yang sangat lebat dan penuh duri. Tidak ada jalan lain selain ia harus melewati semak belukar itu.
Pikir pengembara itu : "Wah, jika aku harus melewati semak ini, maka kulitku pasti akan robek dan penuh luka. Tapi aku harus melanjutkan perjalanan ini."
Maka pengembara itupun mengambil ancang-ancang dan ia menerobos semak itu. Ajaib, pengembara itu tidak mengalami luka goresan sedikitpun.
Dengan penuh sukacita, ia kemudian melanjutkan perjalanan dan berkata dalam hati "Betapa hebatnya aku. Semak belukarpun tak mampu menghalangi aku."
Selama hampir 1 jam lamanya ia berjalan, tampaklah di hadapannya kerikil-kerikil tajam berserakan. Dan tak ada jalan lain selain dia harus melewati jalan itu.
Pikir pengembara itu untuk kedua kalinya : "Jika aku melewati kerikil ini, kakiku pasti akan berdarah dan terluka. Tapi aku tetap harus melewatinya."
Maka dengan segenap tekadnya, pengembara itu berjalan. Ajaib, ia tak mengalami luka tusukkan kerikil itu sedikitpun dan tampak kakinya dalam keadaan baik-baik saja.
Sekali lagi ia berkata dalam hati : "Betapa hebatnya aku. Kerikil tajampun tak mampu menghalangi jalanku."
Pengembara itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Saat hampir sampai di puncak gunung itu, ia kembali menjumpai rintangan. Batu-batu besar dan licin menghalangi jalannya, dan tak ada jalan lain selain dia harus melewatinya.
Pikir pengembara itu untuk yang ketiga kalinya : "Jika aku harus mendaki batu-batu ini, aku pasti akan tergelincir dan tangan serta kakiku akan patah. Tapi aku ingin sampai di puncak itu. Aku harus melewatinya."
Maka pengembara itupun mulai mendaki batu itu dan ia.. tergelincir. Aneh, setelah bangkit, pengembara itu tidak merasakan sakit di tubuhnya dan tak ada satupun tulangnya yang patah.
"Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal inipun tidak dapat menghalangi jalanku."
Maka, iapun melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di puncak gunung itu. Betapa sukacitanya ia meihat pemandangan yang sungguh indah dan tak pernah ia melihat yang seindah ini.
Akan tetapi, saat pengembara itu membalikkan badannya, tampaklah di hadapannya sosok manusia yang penuh luka sedang duduk memandanginya. Tubuhnya penuh luka goresan dan kakinya penuh luka tusukan dan darah. Ia tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya karena patah dan remuk tulangnya.
Berkatalah pengembara itu dengan penuh iba pada sosok penuh luka itu : "Mengapa tubuhmu penuh luka seperti itu? Apakah karena segala rintangn yang ada tadi? Tidak bisakah engkau sehebat aku karena aku bisa melewatinya tanpa luka sedikitpun? Siapakah engkau sebenarnya?"
Jawab sosok penuh luka itu dengan tatapan penuh kasih : " Aku adalah Tuhanmu. Betapa hatiKu tak mampu menolak untuk menyertaimu dalam perjalanan ini, mengingat betapa inginnya engkau melihat keindahan ini. Ketahuilah, saat engkau harus melewati semak belukar itu, Aku memelukmu erat supaya tak satupun duri merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil tajam, maka Aku menggendongmu supaya kakimu tidak tertusuk. Ketika kau memanjat batu licin dan terjatuh, Aku menopangmu dari bawah agar tak satupun tulangmu patah. Ingatkah engkau kembali padaKU?"
Pengembara itupun terduduk dan menangis tersedu-sedu, menyesali kesombongannya.
-=(anonim)=-
"Maafkan kesombonganku Tuhan"
http://briliano.multiply.com/
Ada seorang pengembara yang sangat ingin melihat pemandangan yang ada di balik suatu gunung yang amat tinggi. Maka disiapkanlah segala peralatannya dan berangkatlah ia. Karena begitu beratnya medan yang harus dia tempuh, segala perbekalan dan perlengkapannya pun habis. Akan tetapi, karena begitu besar keinginannya untuk melihat pemandangan yang ada di balik gunung itu, ia terus melanjutkan perjalannya.
Sampai suatu ketika, ia menjumpai semak belukar yang sangat lebat dan penuh duri. Tidak ada jalan lain selain ia harus melewati semak belukar itu.
Pikir pengembara itu : "Wah, jika aku harus melewati semak ini, maka kulitku pasti akan robek dan penuh luka. Tapi aku harus melanjutkan perjalanan ini."
Maka pengembara itupun mengambil ancang-ancang dan ia menerobos semak itu. Ajaib, pengembara itu tidak mengalami luka goresan sedikitpun.
Dengan penuh sukacita, ia kemudian melanjutkan perjalanan dan berkata dalam hati "Betapa hebatnya aku. Semak belukarpun tak mampu menghalangi aku."
Selama hampir 1 jam lamanya ia berjalan, tampaklah di hadapannya kerikil-kerikil tajam berserakan. Dan tak ada jalan lain selain dia harus melewati jalan itu.
Pikir pengembara itu untuk kedua kalinya : "Jika aku melewati kerikil ini, kakiku pasti akan berdarah dan terluka. Tapi aku tetap harus melewatinya."
Maka dengan segenap tekadnya, pengembara itu berjalan. Ajaib, ia tak mengalami luka tusukkan kerikil itu sedikitpun dan tampak kakinya dalam keadaan baik-baik saja.
Sekali lagi ia berkata dalam hati : "Betapa hebatnya aku. Kerikil tajampun tak mampu menghalangi jalanku."
Pengembara itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Saat hampir sampai di puncak gunung itu, ia kembali menjumpai rintangan. Batu-batu besar dan licin menghalangi jalannya, dan tak ada jalan lain selain dia harus melewatinya.
Pikir pengembara itu untuk yang ketiga kalinya : "Jika aku harus mendaki batu-batu ini, aku pasti akan tergelincir dan tangan serta kakiku akan patah. Tapi aku ingin sampai di puncak itu. Aku harus melewatinya."
Maka pengembara itupun mulai mendaki batu itu dan ia.. tergelincir. Aneh, setelah bangkit, pengembara itu tidak merasakan sakit di tubuhnya dan tak ada satupun tulangnya yang patah.
"Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal inipun tidak dapat menghalangi jalanku."
Maka, iapun melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di puncak gunung itu. Betapa sukacitanya ia meihat pemandangan yang sungguh indah dan tak pernah ia melihat yang seindah ini.
Akan tetapi, saat pengembara itu membalikkan badannya, tampaklah di hadapannya sosok manusia yang penuh luka sedang duduk memandanginya. Tubuhnya penuh luka goresan dan kakinya penuh luka tusukan dan darah. Ia tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya karena patah dan remuk tulangnya.
Berkatalah pengembara itu dengan penuh iba pada sosok penuh luka itu : "Mengapa tubuhmu penuh luka seperti itu? Apakah karena segala rintangn yang ada tadi? Tidak bisakah engkau sehebat aku karena aku bisa melewatinya tanpa luka sedikitpun? Siapakah engkau sebenarnya?"
Jawab sosok penuh luka itu dengan tatapan penuh kasih : " Aku adalah Tuhanmu. Betapa hatiKu tak mampu menolak untuk menyertaimu dalam perjalanan ini, mengingat betapa inginnya engkau melihat keindahan ini. Ketahuilah, saat engkau harus melewati semak belukar itu, Aku memelukmu erat supaya tak satupun duri merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil tajam, maka Aku menggendongmu supaya kakimu tidak tertusuk. Ketika kau memanjat batu licin dan terjatuh, Aku menopangmu dari bawah agar tak satupun tulangmu patah. Ingatkah engkau kembali padaKU?"
Pengembara itupun terduduk dan menangis tersedu-sedu, menyesali kesombongannya.
-=(anonim)=-
"Maafkan kesombonganku Tuhan"
http://briliano.multiply.com/
apakah tuhan membuat kejahatan??

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya,
Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita
bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa
Tuhan itu adalah kejahatan."
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor
tersebut.
Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi
dia telah membuktikan kalau KeTuhanan itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya
bertanya sesuatu?"
"Tentu saja," jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu
ada?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak
pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada.
Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.
Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi
diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut.
Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"
Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."
Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga
tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita
pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk
memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang
gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap
suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu
ada?"
Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang
telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV.
Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara
tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda
salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada.
Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.
Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan.
Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."
Profesor itu terdiam.
Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
http://briliano.multiply.com/
Departemen surga
Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat.
Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya".
Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada dua malaikat
yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.
"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan. Dia tampak malu.
"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.
"Menyedihkan" , Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih".
"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?", tanyaku.
"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata : Terima kasih, Tuhan.
Dan berbuatlah kebajikan bagi sesamamu serta jauhilah kejahatan".
"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku.
Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.
"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.
"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.
Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini."
"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat .... Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".
"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ...
maka engkau termasuk orang yang sangat jarang.
"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau
bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua
mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.
"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat
ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa
engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih
dirahmati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak
dapat membaca sama sekali".
Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Tuhan anugerahkan
kepadamu.
Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua
teman-teman- mu untu mengingatkan mereka betapa dirahmatinya kita semua.
"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu' ".
Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih.
"Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anugerahmu berupa
kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku
begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi".
'Berusahalah untuk melakukan hal biasa dengan cara luar biasa'
Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, " Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima".
Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.
Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua. Malaikat-ku berkata, "Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya".
Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.
Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada dua malaikat
yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun.
"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan. Dia tampak malu.
"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?", tanyaku.
"Menyedihkan" , Malaikat-ku menghela napas. "Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih".
"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?", tanyaku.
"Sederhana sekali", jawab Malaikat. "Cukup berkata : Terima kasih, Tuhan.
Dan berbuatlah kebajikan bagi sesamamu serta jauhilah kejahatan".
"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri", tanyaku.
Malaikat-ku menjawab, "Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.
"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.
"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.
Juga.... "Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ... engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini."
"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat .... Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".
"Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ...
maka engkau termasuk orang yang sangat jarang.
"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau
bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua
mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.
"Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat
ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa
engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih
dirahmati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak
dapat membaca sama sekali".
Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Tuhan anugerahkan
kepadamu.
Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua
teman-teman- mu untu mengingatkan mereka betapa dirahmatinya kita semua.
"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, 'Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu' ".
Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih.
"Terima kasih, Tuhan! Terima kasih, Tuhan, atas anugerahmu berupa
kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku
begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi".
'Berusahalah untuk melakukan hal biasa dengan cara luar biasa'
anak dan pohon apel
Dahulu kala, ada sebuah pohon apel yang sangat besar.
Seorang anak kecil suka datang dan bermain di sekitarnya setiap hari. Ia
memanjat puncuk pohon, memakan buah apel, dan istirahat di bawah
bayangannya.Ia suka sekali pada pohon itu, dan pohon itu suka sekali
bermain dengannya.
Waktu berlalu .. Anak kecil itu tumbuh besar dan tidak
lagi bermain di sekitar pohon itu setiap harinya.
Suatu hari, anak itu kembali ke pohon itu dan kelihatan
sedih. "Mari bermain denganku .. ," kata pohon kepada
anak itu.
"Saya sudah bukan anak kecil lagi, dan saya tidak bermain di sekitar
pohon
lagi." Anak itu menyahut, "Aku ingin mainan. Aku ingin uang untuk membeli
mainan."
"Maaf, saya tidak punya uang .. tapi, anda dapat mengambil seluruh apelku
dan menjualnya. Jadi, anda mendapatkan uang."
Anak itu gembira. Ia pungut seluruh apel di pohon itu dan
pergi dengan suka ria. Selanjutnya anak itu tidak lagi
kembali setelah mengambil apel-apel itu. Si pohon sedih.
Suatu hari, anak itu datang lagi dan si pohon sungguh sangat gembira.
"Datang dan bermain denganku," kata pohon. Saya tidak punya waktu untuk
bermain. Saya harus kerja untuk keluargaku. Saya membutuhkan rumah untuk
berlindung. Dapatkah engkau menolongku ?" "Maaf, saya tidak punya rumah.
Tapi,
anda dapat memotong dahanku untuk membangun suatu rumah."
Selanjutnya, anak itu memotong seluruh dahan pohon itu dan pergi dengan
gembira.
Pohon itu senang melihatnya gembira, tapi anak itu tidak
pernah kembali lagi semenjak itu. Pohon itu kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak itu kembali lagi dan si pohon menjadi
gembira.
"Datang dan bermain denganku!" kata pohon itu.
"Saya sedang sedih. Saya ingin pergi berlayar untuk san***. Dapatkah kau
buatkan aku sebuah perahu ?" "Gunakan kayuku untuk membuat perahumu.Anda
dapat memancing di kejauhan dan bersenang-
senang." Selanjutnya, anak itu memotong pohon itu untuk membuat perahu. Ia
pergi berlayar dan tidak pernah terlihat dalam waktu yang cukup lama.
Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi beberapa tahun."Maaf,
anakku.Tapi, saya tidak punya sesuatu lagi untukmu. Tidak punya apel .."
kata si pohon.
"Saya tidak punya gigi untuk menggigit" kata anak itu.
"Saya tidak punya dahan untuk kau panjati"
"Saya terlalu tua untuk memanjat sekarang" kata anak itu.
"Saya benar-benar tidak dapat memberimu sesuatu ..
"Satu-satunya yang tertinggal adalah akarku yang mati" kata pohon itu
sambil
menangis.
"Saya tidak terlalu membutuhkannya .. hanya sebagai tempat istirahat. Saya
sangat lelah setelah sekian tahun ini." jawab anak itu.
"oh .. bagus ! Akar pohon yang tua adalah tempat yang
cocok untuk sandaran dan istirahat. Sini .. sini ..
duduk di sini denganku dan istirahat."
Anak itu duduk, dan membuat pohon itu gembira dan
tersenyum mengeluarkan air mata .....
Ini adalah cerita untuk semua orang. Pohon itu adalah
orang tua kita. Ketika kita masih muda, kita senang bermain dengan ayah
dan
ibu .. ketika dewasa, kita melupakannya .. hanya datang kepadanya ketika
kita memerlukan sesuatu atau ketika kita mempunyai masalah.
Apapun yang terjadi, orang tua selalu ada dan memberikan apa yang bisa
diberikan untuk membuatmu senang. Anda dapat berfikir anak itu jahat
kepada
pohon, tetapi itulah bagaimana kita memperlakukan orang tua kita. maka,
tolong ... cintailah orang tuamu ...
Seorang anak kecil suka datang dan bermain di sekitarnya setiap hari. Ia
memanjat puncuk pohon, memakan buah apel, dan istirahat di bawah
bayangannya.Ia suka sekali pada pohon itu, dan pohon itu suka sekali
bermain dengannya.
Waktu berlalu .. Anak kecil itu tumbuh besar dan tidak
lagi bermain di sekitar pohon itu setiap harinya.
Suatu hari, anak itu kembali ke pohon itu dan kelihatan
sedih. "Mari bermain denganku .. ," kata pohon kepada
anak itu.
"Saya sudah bukan anak kecil lagi, dan saya tidak bermain di sekitar
pohon
lagi." Anak itu menyahut, "Aku ingin mainan. Aku ingin uang untuk membeli
mainan."
"Maaf, saya tidak punya uang .. tapi, anda dapat mengambil seluruh apelku
dan menjualnya. Jadi, anda mendapatkan uang."
Anak itu gembira. Ia pungut seluruh apel di pohon itu dan
pergi dengan suka ria. Selanjutnya anak itu tidak lagi
kembali setelah mengambil apel-apel itu. Si pohon sedih.
Suatu hari, anak itu datang lagi dan si pohon sungguh sangat gembira.
"Datang dan bermain denganku," kata pohon. Saya tidak punya waktu untuk
bermain. Saya harus kerja untuk keluargaku. Saya membutuhkan rumah untuk
berlindung. Dapatkah engkau menolongku ?" "Maaf, saya tidak punya rumah.
Tapi,
anda dapat memotong dahanku untuk membangun suatu rumah."
Selanjutnya, anak itu memotong seluruh dahan pohon itu dan pergi dengan
gembira.
Pohon itu senang melihatnya gembira, tapi anak itu tidak
pernah kembali lagi semenjak itu. Pohon itu kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak itu kembali lagi dan si pohon menjadi
gembira.
"Datang dan bermain denganku!" kata pohon itu.
"Saya sedang sedih. Saya ingin pergi berlayar untuk san***. Dapatkah kau
buatkan aku sebuah perahu ?" "Gunakan kayuku untuk membuat perahumu.Anda
dapat memancing di kejauhan dan bersenang-
senang." Selanjutnya, anak itu memotong pohon itu untuk membuat perahu. Ia
pergi berlayar dan tidak pernah terlihat dalam waktu yang cukup lama.
Akhirnya, anak itu kembali setelah ia pergi beberapa tahun."Maaf,
anakku.Tapi, saya tidak punya sesuatu lagi untukmu. Tidak punya apel .."
kata si pohon.
"Saya tidak punya gigi untuk menggigit" kata anak itu.
"Saya tidak punya dahan untuk kau panjati"
"Saya terlalu tua untuk memanjat sekarang" kata anak itu.
"Saya benar-benar tidak dapat memberimu sesuatu ..
"Satu-satunya yang tertinggal adalah akarku yang mati" kata pohon itu
sambil
menangis.
"Saya tidak terlalu membutuhkannya .. hanya sebagai tempat istirahat. Saya
sangat lelah setelah sekian tahun ini." jawab anak itu.
"oh .. bagus ! Akar pohon yang tua adalah tempat yang
cocok untuk sandaran dan istirahat. Sini .. sini ..
duduk di sini denganku dan istirahat."
Anak itu duduk, dan membuat pohon itu gembira dan
tersenyum mengeluarkan air mata .....
Ini adalah cerita untuk semua orang. Pohon itu adalah
orang tua kita. Ketika kita masih muda, kita senang bermain dengan ayah
dan
ibu .. ketika dewasa, kita melupakannya .. hanya datang kepadanya ketika
kita memerlukan sesuatu atau ketika kita mempunyai masalah.
Apapun yang terjadi, orang tua selalu ada dan memberikan apa yang bisa
diberikan untuk membuatmu senang. Anda dapat berfikir anak itu jahat
kepada
pohon, tetapi itulah bagaimana kita memperlakukan orang tua kita. maka,
tolong ... cintailah orang tuamu ...
Membeli suami
Sebuah toko yang menjual suami baru saja dibuka di kota New York dimana wanita dapat memilih suami. Diantara instruksi-instruksi yang ada di pintu masuk terdapat instruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk toko tersebut.
"Anda hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI"
Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan sebuah calon kelompok suami. Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki tersebut.
Bagaimanapun, ini adalah semacam jebakan. Anda dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko.
Lalu, seorang wanita pun pergi ke toko "suami" tersebut untuk mencari suami.
Di lantai 1 terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 1 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan.
Wanita itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 2 terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 2: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, dan senang anak kecil.
Kembali wanita itu naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 3 terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 3: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil dan cakep banget.
'' Wow'', tetapi pikirannya masih penasaran dan terus naik.
Lalu sampailah wanita itu di lantai 4 dan terdapat tulisan
Lantai 4: Lelaki di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget dan suka membantu pekerjaan rumah.
''Ya ampun !'' Dia berseru, ''Aku hampir tak percaya''
Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 5: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget,suka membantu pekerjaan rumah, dan memiliki rasa romantis.
Dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah kembali karena penasaran ke lantai 6 dan ternyata terdapat tulisan seperti ini :
Lantai 6: Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012. Tidak ada lelaki di lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata bukti untuk wanita seperti anda yang tidak pernah puas. Terima kasih telah berbelanja di toko "Suami". Hati-hati ketika keluar toko dan semoga hari yang indah buat anda.
http://jalansutera.wordpress.com/2006/04/17/membeli-suami/
"Anda hanya dapat mengunjungi toko ini SATU KALI"
Toko tersebut terdiri dari 6 lantai dimana setiap lantai akan menunjukkan sebuah calon kelompok suami. Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pula nilai lelaki tersebut.
Bagaimanapun, ini adalah semacam jebakan. Anda dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya tetapi dengan syarat tidak bisa turun ke lantai sebelumnya kecuali untuk keluar dari toko.
Lalu, seorang wanita pun pergi ke toko "suami" tersebut untuk mencari suami.
Di lantai 1 terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 1 : Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat pada Tuhan.
Wanita itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 2 terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 2: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, dan senang anak kecil.
Kembali wanita itu naik ke lantai selanjutnya.
Di lantai 3 terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 3: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil dan cakep banget.
'' Wow'', tetapi pikirannya masih penasaran dan terus naik.
Lalu sampailah wanita itu di lantai 4 dan terdapat tulisan
Lantai 4: Lelaki di lantai ini yang memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget dan suka membantu pekerjaan rumah.
''Ya ampun !'' Dia berseru, ''Aku hampir tak percaya''
Dan dia tetap melanjutkan ke lantai 5 dan terdapat tulisan seperti ini:
Lantai 5: Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat pada Tuhan, senang anak kecil, cakep banget,suka membantu pekerjaan rumah, dan memiliki rasa romantis.
Dia tergoda untuk berhenti tapi kemudian dia melangkah kembali karena penasaran ke lantai 6 dan ternyata terdapat tulisan seperti ini :
Lantai 6: Anda adalah pengunjung yang ke 4.363.012. Tidak ada lelaki di lantai ini. Lantai ini hanya semata-mata bukti untuk wanita seperti anda yang tidak pernah puas. Terima kasih telah berbelanja di toko "Suami". Hati-hati ketika keluar toko dan semoga hari yang indah buat anda.
http://jalansutera.wordpress.com/2006/04/17/membeli-suami/
bangsa kasihan
Kasihan bangsa
yang mengenakan pakaian
yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum
yang tidak ia panen,
dan meminum susu
yang ia tidak memerasnya.
Kasihan bangsa
yang menjadikan orang dungu
sebagai pahlawan
dan menganggap penindasan penjajah
sebagai hadiah.
Kasihan bangsa
yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya
ketika tidur,
sementara menyerah padanya
ketika bangun.
Kasihan bangsa
yang tidak pernah angkat suara
kecuali jika sedang berjalan
di atas kuburan,
tidak sesumbar
kecuali di reruntuhan,
dan tidak memberontak
kecuali ketika lehernya sudah berada
di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa
yang negarawannya serigala,
filosofnya gentong nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa
yang menyambut penguasa barunya
dengan terompet kehormatan,
namun melepasnya dengan cacian,
hanya untuk menyambut penguasa baru lain
dengan terompet lagi.
Kasihan bangsa
yang orang sucinya dungu
menghitung tahun-tahun berlalu,
dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa
yang terpecah-pecah,
dan masing-masing pecahan
menganggap dirinya sebagai bangsa.
..:: K a h l i l G i b r a n ::..
yang mengenakan pakaian
yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum
yang tidak ia panen,
dan meminum susu
yang ia tidak memerasnya.
Kasihan bangsa
yang menjadikan orang dungu
sebagai pahlawan
dan menganggap penindasan penjajah
sebagai hadiah.
Kasihan bangsa
yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya
ketika tidur,
sementara menyerah padanya
ketika bangun.
Kasihan bangsa
yang tidak pernah angkat suara
kecuali jika sedang berjalan
di atas kuburan,
tidak sesumbar
kecuali di reruntuhan,
dan tidak memberontak
kecuali ketika lehernya sudah berada
di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa
yang negarawannya serigala,
filosofnya gentong nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa
yang menyambut penguasa barunya
dengan terompet kehormatan,
namun melepasnya dengan cacian,
hanya untuk menyambut penguasa baru lain
dengan terompet lagi.
Kasihan bangsa
yang orang sucinya dungu
menghitung tahun-tahun berlalu,
dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa
yang terpecah-pecah,
dan masing-masing pecahan
menganggap dirinya sebagai bangsa.
..:: K a h l i l G i b r a n ::..
7 keajaiban dunia
Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari "Tujuh Keajaiban Dunia." Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia" saat ini. Walaupun ada beberapa ketidak- sesuaian, sebagian besar daftar berisi;
1) Piramida
2) Taj Mahal
3) Tembok Besar Cina
4) Menara Pisa
5) Kuil Angkor
6) Menara Eiffel
7) Kuil Parthenon
Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.
Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya." Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya."
Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, "Saya pikir, "Tujuh Keajaiban Dunia" adalah,
1) Bisa melihat,
2) Bisa mendengar,
3) Bisa menyentuh,
4) Bisa menyayangi,
Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan,
5) Bisa merasakan,
6) Bisa tertawa,
7) Dan, bisa mencintai
Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban". Sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan karuniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai "biasa". Semoga anda hari ini diingatkan tentang segala hal yang betul- betul ajaib dalam kehidupan anda
1) Piramida
2) Taj Mahal
3) Tembok Besar Cina
4) Menara Pisa
5) Kuil Angkor
6) Menara Eiffel
7) Kuil Parthenon
Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.
Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya." Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya."
Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, "Saya pikir, "Tujuh Keajaiban Dunia" adalah,
1) Bisa melihat,
2) Bisa mendengar,
3) Bisa menyentuh,
4) Bisa menyayangi,
Dia ragu lagi sebentar, dan kemudian melanjutkan,
5) Bisa merasakan,
6) Bisa tertawa,
7) Dan, bisa mencintai
Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban". Sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan karuniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai "biasa". Semoga anda hari ini diingatkan tentang segala hal yang betul- betul ajaib dalam kehidupan anda
Langganan:
Postingan (Atom)